Rabu, 31 Oktober 2012

Seorang Wanita, Anak, dan Nenek Penghuni Rumah Itu



Beberapa waktu yang lalu saya mengunjungi beberapa rumah di pedalaman Mangunan. Saya, yang memang mudah terbawa perasaan, terharu sepanjang perjalanan.
Bagaimana tidak?
Rumah dengan bangunan seadanya. Rumah gedeg. Begitu, orang sini menyebutnya. Sangat seadanya. Bukan rumah tembok, hanya bangunan dengan dinding anyaman bambu beberapa petak, berlantai tanah dan atap yang sangat jauh dari kata ‘layak’.
Mata saya rintik-rintik ketika melihat seorang nenek tidur di sebuah rumah, berdinding anyaman bambu, beralaskan tikar, tanpa bantal, tanpa selimut. Pemandangan itu bertambah haru saat seorang wanita usia 20-an tahun keluar bersama anak kecil dalam gendongan. Seorang wanita, anak, dan nenek itu keluarga penghuni rumah.



“Ibu saya sakit sejak tahun lalu. Batuk tak kunjung sembuh. …”

Hati saya makin gerimis menyimak cerita sang wanita itu.
Kondisi yang selama ini hanya saya lihat di televisi, sekarang saya saksikan langsung.
Kondisi yang selama ini saya pikir tidak ada lagi di masa sekarang, ternyata ada di tempat yang tidak jauh dari tempat saya berpijak.

Allah, betapa sedikit syukurku pada-Mu…
Saya malu, terlalu banya pinta saya pada-MU.
Tempat tinggal yang layak, kesehatan, keluarga yang membahagiakan, kecukupan rezeki, orang-orang sekitar yang menyenangkan,…
Allah, hamba tak mampu menghitung-hitung karunia-MU.

Dan, saya memang hanya punya doa untuk dipanjatkan kepada-MU.
Semoga Engkau mengampuni.

Seorang wanita, anak, dan nenek itu.                  
Keluarga penghuni rumah itu.
Semoga Engkau selalu kuatkan mereka.
Ringankan hati ini untuk menyusun doa panjang untuk mereka…

Minggu, 28 Oktober 2012

Ternyata... [Biar Allah Saja]



Ternyata dia selama ini hanya berpura-pura saja..
Ternyata dia hanya berusaha menjaga perasaanku..
Ternyata dia hanya berusaha untuk tidak melukai perasaanku..
Ternyata…

Ahh..
Biarlah..

Saya tidak berhak menghakimi dia baik atau tidak baik.
Saya tidak berhak menilai dia tulus atau tidak tulus.
Saya yakin, dia memiliki alasan untuk mengambil tindakan.
Saya percaya, dia memiliki pertimbangan untuk memutuskan sesuatu.
Saya hanya bisa berasumsi yang entah benar atau tidak asumsi itu, yang entah akan terbukti atau tidak penilaian saya itu.

Banyak ‘ternyata’ yang sering saya temukan dan berarti saya memang tidak memiliki kapasitas yang baik untuk menilai seseorang.

Biarlah,,,
Karena yang terlihat oleh mata ini, dia baik.
Jadi tidak terlalu penting dia tulus atau hanya berpura-pura.
Dan dia yang akan bertanggung jawab atas ketulusan atau ketidaktulusannya di hadapan-NYA nanti, bukan saya.

Biarlah…
Hak menilai seseorang hanya milik Allah.
Diri ini terlalu banyak kekurangan.
Terlalu banyak ketidaksempurnaan yang melekat..

Semoga setiap ketidaktulusan yang kita temui bisa dijadikan pelajaran, bukan malah membuat hati retak..
Semoga ketulusan selalu mengiringi setiap langkah ini.
Saya yang harus tulus, bukan orang lain.
Sebab saya yang akan bertanggung jawab atas ketulusan atau ketidaktulusan di pengadilan-NYA nanti.
Sebab saya yang akan bertanggung jawab atas kebaikan atau ketidakbaikan di depan-NYA nanti.
Saya, bukan yang lain…

Kamis, 25 Oktober 2012

Flowery 1

Lagi suka motif pakaian bunga-bunga..
Kemarin ga sengaja nemu bahan bermotif bunga-bunga. Warnanya terlalu mencolok bagiku. Bunga-bunga merah. Mungkin karna aku ga begitu suka warna merah. Untungnya, warna merah itu diiringi warna krem. Jadi, ga begitu norak.
Iseng memadukan bahan bermotif bunga itu dengan bahan polos. Kuning kalem. Model simpel dan taraaa.... ^^

Mungkin terlalu simpel modelnya. Tapi lucu sih. Ga jelek-jelek banget. Lumayan lah bisa untuk ke acara resmi. Bahan katun, jadi enak dipakai.. Dipadukan dengan jilbab warna kuning senada dengan warna kuning kalem polos, kombinasi atasan boleh juga ;)

Selasa, 09 Oktober 2012

Fasilitas Kehidupan



Allah lebih tahu yang terbaaik untuk hamba-Nya.

Setiap kita diberikan fasilitas oleh Allah untuk meningkatkan kualitas diri. Hanya saja, bentuknya tidak selalu sama. Keberadaan suatu ujian/cobaan sebenarnya relative, tergantung dari bagaimana kita memandang dan menyikapi.

Terkadang, saya tidak ingin memandang suatu kejadian sebagai suatu ujian. Saya ingin menganggapnya sebagai hadiah. Hadiah dari Allah untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya. Hadiah untuk setingkat lebih baik. Hadiah untuk meningkatkan kualitas diri.

Allah, jadikan kami lebih baik, jauuuh lebih baik dari apa yang mereka sangka terhadap kami.

Pandangan orang lain terhadap kita pun tak sama. Setiap mata yang memandang. Setiap telinga yang mendengar dan setiap pemikiran memiliki penilaian masing-masing. Itu hak setiap orang. Jadi, silakan, bagaimana mereka, setiap orang menilai diri ini. Allah yang lebih tahu segalanya. Allah penilai terbaik yang maha bijaksana.

Dan ketika ada ‘batu’ menyapa dalam kehidupan, saya hanya mampu berserah diri pada Allah. Saya sangat terbatas sedangkan Allah maha besar. Maka, biarkan DIA saja yang mengatasi segala yang terjadi ketika saya merasa begitu tidak berdaya.

Semoga Allah senantiasa memberi kekuatan dan kecukupan…

#DENDAM POSITIF: Saat hati tersakiti, lakukan sesuatu yang luar biasa, berbuat sesuatu yang besar! ;) 

Jumat, 05 Oktober 2012

Just Be Myself

Aku yang memilih dan aku yang menjalani.
Aku yang menentukan dan aku yang akan bertanggung jawab.

This is me.

Aku ingin menjadi yang tercantik di matamu.
Aku ingin menjadi yang terbaik di matamu.

But this is me.

Aku dengan segala kekurangan dan kelebihanku.

This is me with my own style.

Sebagaimana bunga yang indah menjadi dirinya sendiri. Indah tanpa harus menjadi bentuk yang lain.



Aku lebih nyaman dengan penampilanku seperti ini. Simpel, ga ribet. Yang penting enak dipandang.
Dan inilah yang membedakanku dengan yang lain. Aku bukan tipe orang yang mudah terpengaruh tren sesaat.

Menjadi indah di matamu, bukan harus mengubah segalanya seperti yang kau inginkan saja, kan?

Bukankah, cinta yang sempurna itu menerima seseorang dengan sempurna? Termasuk kekurangan yang melekat?

Sebelum terlalu jauh, maka silakan telisik kembali mengapa kau memilihku?
Jika memang terlalu berat untukmu menerima aku yang seperti ini, kau boleh meninggalkanku dan memilih yang lain.

And this is me. The real me. I just wanna be myself.

Aku ingin kau memilihku bukan karena aku adalah bayangan dari apa yang engkau inginkan.


Saat mentari terhalang awan dan hati meragu...

Menjadi Remaja Berprestasi [Salah yang Bermanfaat]



“Mbak, ada waktu untuk ngisi di SMK ga? Kalau bisa ngasih motivasi buat anak2..”
Begitu kurang lebih permintaan dari seorang kepala SMK dan saya pun menyanggupi. Kesempatan berbagi pengalaman dengan orang lain. Seneng juga kalau bisa ketemu dengan remaja2 lagi. Hehe..

Saya ingin terlihat professional dan berpengalaman dalam hal ini. Oleh karena itu, saya benar-benar mempersiapkan materi dan hal-hal yang akan saya sampaikan ke siswa SMK. “Menjadi Remaja Berprestasi” menjadi pilihan topic utama yang ingin saya sampaikan.

Dan pagi itu [Jumat, 05.10.12] saya sudah siap bertemu dengan murid-murid SMK. Pukul 08:15 saya sudah datang ke sekolah (saya diberi waktu jam 08:30). Saya pun masuk ke sekolah. Seorang karyawan menyambut kedatangan saya dan mempersilakan saya untuk langsung masuk ke kelas.

“Masuk ke kelas berapa, Mbak?”
“Kelas 3.”
“Ya udah, langsung masuk aja, Mbak. Itu kelasnya.”

Tanpa ba bi bu lagi, maka saya masuk ke kelas yang ditunjukkan staf itu.
Sedikit kaget juga ketika masuk. Informasi yang saya peroleh sebelumnya, jumlah muridnya 29 tapi yang saya jumpai di dalam kelas hanya 6 (ENAM) siswa.

“Baiklah, tidak apa-apa. Saya jadi bisa hemat suara kalau muridnya Cuma sedikit,” begitu pikir saya J

Saya pun mulai menyampaikan materi dan siswa sangat antusias menyimak. Mereka mengikuti apa yang saya bawakan dengan sangat baik. Syaroh, Lena, Ratih, Sinta, Zahid, dan Nur adalah enam murid di dalam kelas pagi itu. Tiga puluh menit berlalu dan kami tenggelam dalam pembicaraan yang menyenangkan.

Tiba-tiba seorang guru datang ke kelas, dan…
“Mbak, tadi ditelpon untuk ngisi di SMK ya? Kelasnya di sana, Mbak..,” kata si ibu guru sambil menunjuk sebuah ruang kelas.

Apa???

Ternyata saya salah masuk kelas! :D

Karena sudah telanjur masuk di kelas berisi enam siswa itu, maka saya segera menyelesaikan diskusi dan berusaha mengakhiri dengan ‘elegan’. Salah yang bermanfaat. Saya mencoba menenangkan diri. Sepuluh menit kemudian saya menuju ke SMK.

Seorang guru mengantarkan saya ke kelas 3 sesuai yang direkomendasikan kepala sekolah. Satu, dua,…. dua puluh,…. Jumlah siswa lebih dari dua puluh dan kali ini saya yakin bahwa saya tidak salah masuk lagi :p

Suasana di kelas ini lebih bersemangat, lebih antusias, dan lebih rame selama saya di dalam kelas. I like this moment…

“Saya ingin punya percetakan dan menjadi pengusaha sukses.”
“Saya ingin keliling ke semua pulau di Indonesia.”

Harapan itu yang dicita-citakan beberapa murid.

Luar biasa!

Ternyata, manusia-manusia muda itu, remaja-remaja itu  sudah memiliki keinginan yang jelas. Bahkan, mereka dengan senang hati mengizinkan saya membaca tulisan itu keras-keras di hadapan teman sekelas mereka. Mereka sangat percaya diri.

Saya juga sempat melontarkan pertanyaan, “gelas setengah isi atau setengah kosong?”
Dan semua siswa menjawab “setengah isi”. Remaja yang optimis. Luar biasa, bukan?

Remaja pedesaan yang sungguh luar biasa.
Semoga Allah, selalu memberi kekuatan untuk mengukir jejak-jejak mimpi kita…

Mangunan, 05.10.2012