Sabtu, 26 November 2016

NHW #6 BELAJAR MENJADI MANAJER KELUARGA HANDAL

1.      Tuliskan 3 aktivitas yang paling penting, dan 3 aktivitas yang paling tidak penting              

jawab :
a.      3 aktivitas penting :
-        Beribadah, mengurus suami, anak dan diri sendiri (termasuk mengurus rumah)
-        Mengembangkan diri atau mencari ilmu
-        Menyelesaikan pekerjaan kantor
b.      3 aktivitas tidak penting :
-        Browsing internet
-        Nonton televisi
-        Main HP

2. Waktu anda selama ini habis untuk kegiatan yang mana?

jawab : selama ini waktu habis lebih banyak untuk kegiatan yang penting

3. Jadikan 3 aktivitas penting menjadi aktivitas dinamis sehari-hari untuk memperbanyak jam terbang peran hidup anda, tengok NHW sebelumnya, agar selaras.

4. Kemudian kumpulkan aktivitas rutin menjadi satu waktu, berikan “kandang waktu” , dan patuhi cut off time.

jawab : aktivitas rutin biasanya saya kerjakan di pagi hari (pk 03.30 - 07.30) dan sore hari (pk 18.30-selesai)

5. Jangan izinkan agenda yang tidak terencana memenuhi jadwal waktu harian anda

jawab : agenda tersebut akan berubah saat hari libur (menyelesaikan pekerjaan kantor akan masuk di jam mengerjakan agenda rutin yang belum terselesaikan)

6. Jadwal harian (normal di hari kerja)

03.30 - 05.30 bangun, mandi, sholat, cek rumah, dapur (kebersihan, stok bahan makanan, dll), menyiapkan sarapan dan bekal, berangkat kerja
05.30 - 06.30 perjalanan ke kantor sambil sharing dengan suami/ mencari ilmu (mendengarkan kajian/ ceramah parenting) biasanya sambil sarapan
06.30 – 07.30 menyusun kembali agenda hari ini, menyelesaikan pekerjaan kemarin yang belum terselesaikan, ibadah
07.30 – 16.30 aktivitas kantor
16.30 - 18.30 perjalanan ke rumah
18.30 – selesai mandi, makan, bermain dan belajar bersama anak (sharing dengan suami jika sudah di rumah)

Di hari libur,

03.30 - 05.30 bangun, mandi, sholat, cek rumah, dapur (kebersihan, stok bahan makanan, dll), menyiapkan sarapan
05.30 - 06.30 tilawah atau sharing dengan suami/ mencari ilmu (mendengarkan kajian/ ceramah parenting) biasanya sambil sarapan
06.30 – selesai aktivitas dengan anak dan suami, silaturahmi, dll
*catatan : siang hari saat anak tidur biasanya saya akan mengerjakan pekerjaan kantor yang belum selesai atau rehat (tidur siang)


7. Amati selama satu minggu pertama, apakah terlaksana dengan baik? kalau tidak segera revisi, kalau baik, lanjutkan sampai dengan 3 bulan.

Sabtu, 19 November 2016

NHW # 5 BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR

Sebagai orang tua, kita harus siap berperan sebagai pemandu, teman bermain anak, dan sahabat yang siap mendengarkan anak-anak kita (*marei matrikulasi 5). Saya akan mencoba membuat desain pembelajaran untuk diri saya sendiri dan anak (dengan pengetahuan yang masih sangat dangkal) :

1.       Merumuskan topik dan tujuan pembelajaran
Semacam visi misi, jika topik dan tujuan pembelajaran sudah jelas maka proses pembelajaran akan lebih terarah dan fokus untuk mencapai tujuan tersebut (tidak akan melebar ke pembelajaran yang tidak berkaitan).

2.       Membuat timeline pembelajaran disesuaikan dengan tujuan dan target yang ditetapkan

3.       Observasi dan analisis bakat dan hal yang disukai
Hal ini dilakukan untuk menentukan bidang ilmu yang akan dipelajari berdasarkan hal yang disukai. Dengan demikian akan lebih mudah menumbuhkan rasa suka untuk mempelajari bidang ilmu tersebut.

4.       Pemilihan media dan metode pembelajaran yang berbeda
Dengan media dan metode yang berbeda, maka kita akan lebih mudah mengingat materi pembelajaran yang disampaikan dan akan lebih mudah mencapai tujuan pembelajaran.
Metode yang diterapkan akan lebih banyak pada praktik daripada teori (learning by doing), di tempat yang berbeda (tidak melulu di satu ruangan tetapi bisa di taman dan tempat lain yang menyenangkan serta sesuai dengan materi pembelajaran yang sedang dipelajari), memancing anak untuk membuat banyak pertanyaan.

5.       Evaluasi proses dan hasil pembelajaran

6.       Membuat perbaikan desain pembelajaran berdasarkan evaluasi


Sabtu, 12 November 2016

NHW # 4 MENDIDIK DENGAN KEKUATAN FITRAH

Bidang ilmu yang paling saya sukai adalah membantu masyarakat terutama ibu2 untuk mengembangkan produktivitas ekonomi

Peran : fasilitator 

Ilmu yang harus dikuasai

Untuk menjadi seorang fasilitator, saya harus menguasai beberapa ilmu dasar seperti: 
1. Ilmu dasar fasilitator : 
Mass communication : bagaimana berkomunikasi yang baik dan efektif dengan orang lain atau masyarakat
Teknik fasilitasi : teknik dan metode yang benar untuk memfasilitasi/mempermudah kebutuhan orang lain atau masyarakat
Psikologi masyarakat : penting dipelajari agar hubungan dengan masyarakat berjalan dengan baik dan meminimalisasi masalah2 yang mungkin timbul
2. Ilmu praktis yang penting:
Public relation : bagaimana membuat dan menjalin relasi deng pihak2 yang dapat membantu masyarakat (pemerintah maupun swasta)
Marketing : bagaimana menjual produk atau menawarkan kerja sama dengan pihak2 untuk mengembangkan dan memberdayakan masyarakat
3. Ilmu monitoring dan evaluasi :
Agar dapat menilai seberapa besar efektivitas dan keberhasilan dari metode dan usaha yang dilakukan


Karena saya membatasi pada bidang kerajinan, maka saya pun harus menguasai teknik2 membuat kerajinan tangan dari hulu ke hilir.
Bagaimana dan dimana dapat memperoleh bahan dasar, bagaimana dan di mana belajar?

Milestone
Saya sudah memulai menjalankan peran ini tahun 2011, saat saya masih 21 tahun. Namun, sempat terkendala karena saya harus pindah tempat tinggal. Oleh karena itu, saya akan memulainya lagi di lingkungan masyarakat di tempat tinggal saya saat ini.
KM 0 pada usia 27 tahun
KM 0-KM2: menguasai ilmu dasar untuk seorang fasilitator : mass communication, teknik fasilitasi, psikologi masyarakat
KM 2-KM4: menguasai ilmu public relation dan marketing
KM 4-KM5: menguasai ilmu monitoring dan evaluasi

Sabtu, 05 November 2016

NHW#3 MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH

Hampir tiga bilangan tahun saya lalui bersama pasangan dalam bahtera rumah tangga. Tentu sudah banyak sekali cerita dan rasa yang terukir, sebelum dan sampai ada seorang bidadari kecil di antara kami.
Hidup kami semakin berwarna. Bermacam rasa dan asa. Dan kini, tengah ada calon pangeran di rahim saya. Bagaimana kami bisa berhenti bersyukur atas segala anugerah yang terlimpahkan dalam hidup kami?

Tiga tahun yang lalu, saya memutuskan untuk melepas kesendirian. Bukan tanpa alasan. Banyak alasan. Usia, merasa mampu, mau dan saya rasa ada calon yang "pas". Saya sulit menjelaskan kenapa saya mau menerima lelaki yang belum pernah saya kenal sebelumnya. Lelaki yang belum benar2 saya kenal saat ijab qobul dilantunkan. Hanya saja, hati ini merasa "pas" dan tidak ada alasan untuk tidak menerima. Itu saja. Saya melihat ada iman dan ketaqwaan dalam diri lelaki itu. Mungkin sudah membuat saya merasa cukup.

20 Desember 2013 menjadi awal untuk banyak kisah. Saya harus mengabdikan diri saya pada lelaki itu yang seiring berjalannya waktu membuat saya semakin menyadari bahwa memang dialah yang tepat untuk menjadi imam saya. Dia yang mengerti saya. Dia yang menjadi penyeimbang untuk banyak kekurangan saya dan mungkin sebaliknya. Di saat saya "malas", dia menjadi yang "rajin". Di saat saya "lelah", dia menjadi yang "bersemangat". Begitulah saling melengkapi, insyaAllah. Meski terkadang banyak pula kesamaan di antara kami.

Belum genap satu tahun pernikahan, kami dikaruniai seorang bidadari kecil. Kami semakin bahagia. Assyifa Khansa Athifa, 29 Oktober 2016. Seorang anak yang lincah, selalu bersemangat, pantang menyerah untuk mencoba hal-hal baru dan pemberani (percaya diri). Di usia dua tahun ini, dia benar-benar seorang peniru ulung. Saya rasa masa golden age nya luar biasa. Cepat sekali dia menghafal kata atau perilaku yang pada akhirnya akan dia tirukan. Memori ingatannya sudah cukup panjang sehingga hanya butuh satu kali contoh. Dan dia sangat tertarik pada hal yang berbau elektronik. Cukup sekali dia melihat, bagaimana menyalakan kipas angin, AC, laptop, tv, ponsel, ipad, diapenser, dan yang lainnya. Setelah itu, dia sudah tau dan akan mencoba menirukan. Sebagian besar, dia berhasil tanpa bantuan. Peniru ulung.

Saya seorang ibu dan bekerja di luar rumah. Mungkin, waktu dan perhatian saya pada keluarga banyak tersita ketika saya tenggelam dalam pekerjaan kantor. Hanya saja, saya berusaha untuk tidak berkurang peran sebagai ibu dan istri saya di mata anak dan suami. Alhamdulillah, sejauh ini berhasil dengan adanya kerja sama yang baik dengan suami. Saya cenderung perfeksionis dalam hal mengasuh anak dan beberes rumah. Namun, akhirnya berkurang juga perfeksionisme itu karena saya membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukannya selama saya bekerja. 

Saya seorang yang detail, setiap planning harus jelas. Mungkin karena itu, saya dipertemukan dengan pasangan yang dapat berpikir strategis sehingga beban stress saya menjadi berkurang. Dia memang pantas menjadi ayah untuk anak-anak saya. Seorang imam yang baik yang menyemangati saat iman saya turun. Dan kami, memiliki keinginan yang sama untuk melahirkan anak-anak berkualitas di dunia dan akhirat. Setidaknya, menjadi hafiz, hafizah, insyaallah. Dalam mendidik anak, kami sepakat untuk memakai cara baru, tidak dengan cara yang sama persis seperti dulu orang tua mendidik kami. Tidak ada lagi mendoktrin dan menuntut anak untuk menjadi pandai saat sekolah dan harus bekerja di luar rumah setelahnya.

Kami tengah hidup di perantauan. Lingkungan kami sebagian besar muslim dan orang jawa. Cenderung religius. Intensitas berbaur dengan tetangga tidak banyak. Namun, kami saling mengenal. Setidaknya, jika ada tetangga punya hajat atau sakit, kami saling mengetahui dan bisa bersilaturahmi. Kerasnya hidup di tengah kota yang cenderung individual tidak begitu terlihat di lingkungan kami. Walaupun, kami pun tidak saling mengenal seluruh warga se RT tapi setidaknya kami mengenal tetangga di kanan kiri dan depan rumah. Cara mendidik anak setiap keluarga pasti berbeda. Namun, kami tidak pernah memaksakan yang lain untuk sama dengan kami. Saya bersyukur tinggal di sini. Zona aman dan nyaman sejauh ini. Saya ingin bisa berkontribusi pada masyarakat. Jika dulu saya pernah mengabdikan diri di lingkungan pedesaan, kini saya ingin mengabdikan diri di lingkungan perkotaan. Waktu saya memang lebih banyak di kantor daripada di rumah. Hal itu sedikit menjadi kendala untuk saya. Namun, saat ini alhamdulillah sudah bisa memberi sedikit kontribusi untuk TPA (Taman Pendidikan Al Qur'an) di lingkungan rumah. Semoga TPA menjadi lebih berkembang dan saya sekeluarga dapat memberikan lebih banyak kontribusi. Saya masih memiliki keinginan untuk berkontribusi di bidang kesehatan dan pengembangan keterampilan serta produktivitas ekonomi ibu untuk lingkungan saya sebagaimana latar belakang pendidikan dan pengalaman saya. Suatu saat nanti, insyaAllah.
  

@my sweet home, 6 November 2016